Minggu, 29 Januari 2012

Teori Kerjasama dan Persaingan Kelompok


Perbedaan kerjasama dan persaingan sesungguh nya  terletak pada sifat wilayah-wilayah tujuan pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerjasama, wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau sub kelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh sub-sub kelompok yang bersangkutan jika individu-individu lain atau sub kelompok lain juga bisa memasuki wilayah tujuan itu. Kemudian terdapat Teori yang  dikembangkan oleh Deutsch (1949) dan didasarkan pada Teori Lapangan dari Kurt Lewin. Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh dan kerja sama (cooperation) dan persaingan (competition) dalam kelompok kecil.

A.    Konsep teori kerjasama dan persaingan
Teori ini dikembangkan oleh Deutsch (1949) dan didasarkan pada Teori Lapangan dari Kurt Lewin. Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh dan kerja sama (cooperation) dan persaingan (competition) dalam kelompok kecil. Perbedaan antara kerja sama dan persaingan menurut Deutsch ter­letak pada sifat wilayah-wilayah tujuan pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerja sama, wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau subkelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh sub-sub kelompok yang bersangkutan jika individu-individu lain atau subkelompok lain juga bisa memasuki wilayah tujuan itu. Wilayah­ wilayah tujuan dari anggota-anggota kelompok itu dikatakan sebagai saling menunjang (promotively interdependent goals).
Dalam situasi persaingan, kalau seorang individu atau suatu sub­kelompok sudah memasuki wilayah tujuan, maka individu-individu atau sub-subkelompok yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah tujuan mereka masing-masing. Hubungan antara wilayah-wilayah tujuan ang­gota-anggota kelompok dinamakan saling menghambat (contriently interdependent goals). Dengan demikian, orang-orang dalam situasi di mana wilayah-wilayah tujuannya saling menunjang akan berlokomosi bersama-sama ke arah wilayah tujuan termaksud, sedangkan orang-orang dalam situasi yang wilayah tujuannya saling menghambat akan berlokomosi sedemikian rupa sehingga orang lain dalam kelompoknya tidak mencapai wilayah tujuan masing-masing.

B.     Hipotesis – hipotesis dari konsep teori kerjasama dan persaingan
              Berdasarkan definisi dan dampak kerja sama dan persaingan ter­sebut di atas, Deutsch membuat sejumlah hipotesis sebagai berikut:
1)      Individu-individu dalam situasi kerja sama akan melihat diri mereka sendiri saling mendukung clan individu-individu dalam situasi per­saingan akan melihat diri mereka sendiri saling menghambat.

2)      Tindakan substitusi lebih banyak terjadi dalam situasi kerja sama daripada situasi persaingan (substitusi berarti tindakan seseorang dapat digantikan oleh tindakan orang lain; tidak perlu dua orang melakukan tindakan yang sama).

3)      Lebih banyak tindakan yang dipandang positif (menyenangkan) oleh anggota-anggota lain dalam kelompok kerja sama daripada dalam kelompok persaingan.
3a) Lebih banyak tindakan yang dipandang negatif (tidak menye­   nangkan) oleh anggota-anggota lain dalam kelompok persa­ingan daripada dalam kelompok kerja sama.

4)      Dalam kelompok kerja sama lebih banyak daya pada diri anggota kelompok yang diproduksi dan disalurkan ke arah yang sesuai dengan arah yang dimaksud oleh pihak pengarah (inducer) daripada dalam kelompok persaingan.
4a) Dalam diri masing-masing anggota kelompok kerja sama lebih banyak terdapat konflik daripada dalam diri anggota-anggota kelompok persaingan.

5)      Anggota kelompok kerja sama akan lebih banyak saling menolong daripada anggota kelompok persaingan.
5a)Anggota kelompok persaingan akan lebih banyak saling meng­hambat daripada anggota kelompok kerja sama.

6)   Dalam satu waktu tertentu lebih banyak aktivitas yang saling ber­kaitan (bekerja bersama-sama) antara angggta - ke[ompok kerja sama daripada anggota kelompok persaingan.
6a) Dalam suatu angka waktu, lebih sering terjadi koordinasi usaha dalam situasi kerja sama daripada situasi persaingan.

7)      Homogenitas dalam artian sumbangan atau partisipasi lebih besar dalam situasi kerja sama daripada situasi persaingan.
8)      Spesialisasi dari tugas dalam situasi kerja sama lebih besar daripada situasi persaingan.
9)      Spesialisasi dari aktivitas dalam situasi kerja sama lebih besar dari­pada situasi persaingan.
10)  Struktur tugas dalam situasi kerja sama lebih stabil daripada situasi persaingan.
11)  Peralihan peran dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan lingkungan lebih dapat terjadii dalam situasi kerja sama daripada dalam situasi persaingan.
12)  Arah dari daya dalam kelompok kerja sama lebih serupa satu sama lain dari arah clan daya dalam kelompok persaingan.
13)  Tekanan untuk berprestasi lebih berat dalam kelompok kerja sama daripada kelompok persaingan.
14)   Kekuatan daya yang menuju ke arah tujuan, pada kelompok kerja sama lebih besar daripada kelompok persaingan.
15)   Jumlah keseluruhan daya yang bekerja pada individu-individu dalam situasinya masing-masing tidak berbeda antara yang berada dalam situasi kerja sama dan situasi persaingan.
16)  Kalau tugas yang diberikan dapat diukur dengan lokomosi yang dapat dilihat (abservable) tanda-tandanya, maka tanda-tanda itu akan lebih banyak terlihat pada kelompok persaingan per unit waktu daripada kelompok kerja sama.
17)  Bila lokomosi dimungkinkan tanpa menimbulkan tanda-tanda,maka tanda-tanda yang akan timbul akan lebih banyak pada ke­lompok kerja sama per unit waktu daripada kelompok persaingan.
18)  Perhatian terhadap tanda-tanda yang ditimbulkan oleh orang lainIcbih sedikit dalam kelompok persaingan daripada kelompok kerja sama.
19)  Kesulitan komunikasi lebih besar dalam kelompok persaingan daripada kelompok kerja sama.
20)  Kesulitan komunikasi lebih besar, bahkan jika saling perhatian cukup tinggi, pada kelompok persaingan daripada kelompok kerja sama.
21)  Saling setuju dan saling menerima antara orang-orang yang saling berkomunikasi dalam kelompok kerja sama lebih terjadi daripada kelompok persaingan.
22)  Anggota kelompok kerja sama akan lebih tahu tentang aktivitas dalam kelompoknya daripada anggota kelompok persaingan.
23)  Orientasi pada kelompok lebih besar dalam kelompok kerja sama daripada kelompok persaingan.
24)  Produktivitas per unit waktu lebih besar pada kelompok kerja sama daripada kelompok persaingan.
24a) Waktu yang dibutuhkan oleh kelompok kerja sama untukmenghasilkan suatu jumlah produksi tertentu lebih singkatdaripada waktu yang dibutuhkan oleh kelompok persainganuntuk memproduksi jumlah yang sama.
25)  Kualitas hasil produksi dari kelompok kerja sama lebih tinggi dari­pada kelompok persaingan.
26)  Anggota-anggota kelompok kerja sama lebih banyak saling belajar antarmereka daripada anggota-anggota kelompok persaingan.
27)  Suasana bersahabat lebih besar dalam kelompok kerja sama dari­pada kelompok persaingan.
28)  Anggota kelompok kerja sama menilai hasil kerja kelompoknya lebih tinggi daripada penilaian anggota-anggota kelompok per saingan terhadap hash kelompok mereka.
29)  Tugas bersama dalam kelompok kerja sama lebih besar pPrsent<i­senya daripada kelompok persatngan.
30)  Tugas perorangan lebih besar persentasenya dalam kelompok persaingan daripada kelompok kerja sama.
31)  Pandangan seseorang terhadap sikap orang lain pada dirinya akan lebih realistis dalam kelompok kerja sama daripada kelompok persaingan.
32)  Sikap seseorang terhadap tugasnya sendiri dalam kelompok kerj;i sama lebih mirip dengan sikap orang-orang lain terhadap tugasny;i itu daripada dalam kelompok persaingan.
33)  Anggota kelompok kerja sama lebih banyak melihat dirinya sendiri sebagai suatu yang menguntungkan buat orang lain daripada jika is adalah anggota kelompok persaingan.
34)  Peleburan diri (incorporation) dengan sikap dari orang-orang lain pada umumnya (attitude of generalized others) lebih Bering terjacli dalam kelompok kerja sama daripada dalam kelompok persaingan.
Daftar Pustaka

Sarlito Wirawan Sarwono.2005. teori-teori psikologi social.jakarta:PT Raja Grafindo Persada
http://debluesearching.blogspot.com/2010/08/sosial-teori-medan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar