Perbedaan kerjasama dan persaingan sesungguh nya terletak pada sifat wilayah-wilayah tujuan
pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerjasama, wilayah yang menjadi
tujuan dari seorang anggota kelompok atau sub kelompok hanya dapat dimasuki
oleh individu atau oleh sub-sub kelompok yang bersangkutan jika
individu-individu lain atau sub kelompok lain juga bisa memasuki wilayah tujuan
itu. Kemudian terdapat Teori yang dikembangkan oleh Deutsch (1949) dan
didasarkan pada Teori Lapangan dari
Kurt Lewin. Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh dan kerja sama (cooperation) dan persaingan (competition)
dalam kelompok kecil.
A. Konsep teori kerjasama dan persaingan
Teori
ini dikembangkan oleh Deutsch (1949) dan didasarkan pada Teori
Lapangan dari Kurt Lewin. Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh
dan kerja sama (cooperation) dan
persaingan (competition) dalam kelompok kecil. Perbedaan antara kerja sama dan persaingan menurut Deutsch terletak
pada sifat wilayah-wilayah tujuan pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerja sama, wilayah yang menjadi tujuan
dari seorang anggota kelompok atau subkelompok hanya dapat dimasuki oleh
individu atau oleh sub-sub kelompok yang bersangkutan jika individu-individu
lain atau subkelompok lain juga bisa
memasuki wilayah tujuan itu. Wilayah wilayah
tujuan dari anggota-anggota kelompok itu dikatakan sebagai saling menunjang (promotively interdependent goals).
Dalam situasi persaingan, kalau
seorang individu atau suatu subkelompok sudah memasuki wilayah tujuan,
maka individu-individu atau sub-subkelompok yang lain tidak akan bisa
mencapai wilayah tujuan mereka masing-masing. Hubungan antara
wilayah-wilayah tujuan anggota-anggota kelompok dinamakan saling
menghambat (contriently interdependent goals). Dengan
demikian, orang-orang dalam situasi di mana wilayah-wilayah tujuannya
saling menunjang akan berlokomosi bersama-sama ke arah wilayah
tujuan termaksud, sedangkan orang-orang dalam situasi yang wilayah
tujuannya saling menghambat akan berlokomosi sedemikian rupa
sehingga orang lain dalam kelompoknya tidak mencapai
wilayah tujuan
masing-masing.
B.
Hipotesis –
hipotesis dari konsep teori kerjasama dan persaingan
Berdasarkan
definisi dan dampak kerja sama dan persaingan tersebut
di atas, Deutsch membuat sejumlah hipotesis sebagai berikut:
1)
Individu-individu
dalam situasi kerja sama akan melihat diri mereka sendiri saling mendukung clan individu-individu dalam
situasi persaingan akan melihat diri mereka
sendiri saling menghambat.
2)
Tindakan substitusi
lebih banyak terjadi dalam situasi kerja sama daripada situasi persaingan
(substitusi berarti tindakan seseorang dapat
digantikan oleh tindakan orang lain; tidak perlu dua orang melakukan tindakan yang sama).
3)
Lebih banyak
tindakan yang dipandang positif (menyenangkan) oleh anggota-anggota lain dalam kelompok kerja sama daripada
dalam kelompok persaingan.
3a) Lebih banyak tindakan yang
dipandang negatif (tidak menye nangkan)
oleh anggota-anggota lain dalam kelompok persaingan daripada dalam kelompok
kerja sama.
4)
Dalam kelompok kerja
sama lebih banyak daya pada diri anggota kelompok
yang diproduksi dan disalurkan ke arah yang sesuai dengan
arah yang dimaksud oleh pihak pengarah (inducer)
daripada dalam kelompok persaingan.
4a) Dalam diri masing-masing
anggota kelompok kerja sama lebih banyak terdapat konflik daripada dalam
diri anggota-anggota kelompok persaingan.
5)
Anggota kelompok
kerja sama akan lebih banyak saling menolong daripada anggota kelompok persaingan.
5a)Anggota kelompok persaingan akan lebih banyak
saling menghambat daripada anggota kelompok kerja sama.
6) Dalam
satu waktu tertentu lebih banyak aktivitas yang saling berkaitan (bekerja bersama-sama) antara
angggta - ke[ompok kerja sama daripada
anggota kelompok persaingan.
6a) Dalam suatu angka waktu, lebih sering terjadi koordinasi usaha dalam situasi kerja sama daripada situasi
persaingan.
7)
Homogenitas dalam
artian sumbangan atau partisipasi lebih besar dalam situasi kerja sama daripada
situasi persaingan.
8)
Spesialisasi dari
tugas dalam situasi kerja sama lebih besar daripada situasi persaingan.
9)
Spesialisasi dari
aktivitas dalam situasi kerja sama lebih besar daripada situasi persaingan.
10) Struktur
tugas dalam situasi kerja sama lebih stabil daripada situasi persaingan.
11) Peralihan peran dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan
lingkungan lebih dapat terjadii dalam
situasi kerja sama daripada dalam
situasi persaingan.
12) Arah dari daya dalam kelompok kerja sama lebih serupa
satu sama lain dari arah clan daya dalam
kelompok persaingan.
13) Tekanan untuk berprestasi lebih berat dalam kelompok
kerja sama daripada kelompok persaingan.
14) Kekuatan daya
yang menuju ke arah tujuan, pada kelompok kerja sama lebih besar daripada kelompok persaingan.
15) Jumlah keseluruhan
daya yang bekerja pada individu-individu dalam situasinya masing-masing tidak berbeda antara yang berada dalam situasi
kerja sama dan situasi persaingan.
16) Kalau tugas yang diberikan dapat diukur dengan lokomosi
yang dapat dilihat (abservable) tanda-tandanya, maka tanda-tanda itu akan lebih banyak terlihat pada kelompok persaingan per unit waktu daripada kelompok kerja sama.
17) Bila lokomosi dimungkinkan tanpa menimbulkan tanda-tanda,maka
tanda-tanda yang akan timbul akan lebih banyak pada kelompok kerja sama per unit waktu daripada kelompok
persaingan.
18) Perhatian terhadap
tanda-tanda yang ditimbulkan oleh orang lainIcbih
sedikit dalam kelompok persaingan daripada kelompok kerja sama.
19) Kesulitan komunikasi lebih besar dalam kelompok persaingan
daripada kelompok kerja sama.
20) Kesulitan komunikasi lebih besar, bahkan jika saling
perhatian cukup tinggi, pada kelompok
persaingan daripada kelompok kerja sama.
21) Saling setuju dan saling menerima antara orang-orang yang
saling berkomunikasi dalam kelompok kerja sama lebih terjadi daripada kelompok persaingan.
22) Anggota kelompok kerja sama akan lebih tahu tentang
aktivitas dalam kelompoknya daripada
anggota kelompok persaingan.
23) Orientasi pada kelompok lebih besar dalam kelompok kerja
sama daripada kelompok persaingan.
24) Produktivitas per unit waktu lebih besar pada kelompok
kerja sama daripada kelompok persaingan.
24a) Waktu yang dibutuhkan oleh kelompok kerja sama
untukmenghasilkan suatu jumlah produksi tertentu lebih singkatdaripada
waktu yang dibutuhkan oleh kelompok persainganuntuk memproduksi jumlah yang
sama.
25) Kualitas
hasil produksi dari kelompok kerja sama lebih tinggi daripada kelompok persaingan.
26) Anggota-anggota kelompok kerja sama lebih banyak saling
belajar antarmereka daripada anggota-anggota kelompok persaingan.
27) Suasana bersahabat lebih besar dalam kelompok kerja sama
daripada kelompok persaingan.
28) Anggota kelompok kerja sama menilai hasil kerja
kelompoknya lebih tinggi daripada
penilaian anggota-anggota kelompok per
saingan terhadap hash kelompok mereka.
29) Tugas bersama dalam kelompok kerja sama lebih besar pPrsent<isenya
daripada kelompok persatngan.
30) Tugas perorangan lebih besar persentasenya dalam kelompok persaingan
daripada kelompok kerja sama.
31) Pandangan seseorang terhadap sikap orang lain pada
dirinya akan lebih realistis dalam kelompok kerja
sama daripada kelompok persaingan.
32) Sikap seseorang terhadap tugasnya sendiri dalam kelompok
kerj;i sama lebih mirip dengan sikap orang-orang lain terhadap
tugasny;i itu daripada dalam kelompok
persaingan.
33) Anggota kelompok kerja sama lebih banyak melihat dirinya
sendiri sebagai suatu yang menguntungkan buat orang lain
daripada jika is adalah anggota
kelompok persaingan.
34) Peleburan diri (incorporation)
dengan sikap dari orang-orang lain pada umumnya (attitude of generalized others) lebih Bering terjacli dalam
kelompok kerja sama daripada dalam kelompok persaingan.
Daftar Pustaka
Sarlito Wirawan Sarwono.2005. teori-teori psikologi social.jakarta:PT
Raja Grafindo Persada
http://debluesearching.blogspot.com/2010/08/sosial-teori-medan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar