Minggu, 08 Januari 2012

Pembelajaran Berdasarkan Behavioristik

A.    Pengertian Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Penerapannya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Sedangkan pembelajaran menurut aliran behavioristik adalah upaya untuk membentuk perilaku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan perilaku si belajar (Sugandi dan Haryanto : 2004).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya :
1.      mementingkan pengaruh lingkungan
2.      mementingkan bagian-bagian (elemantalistik)
3.      mementingkan peranan reaksi
4.      mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
5.      mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
6.      mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan hasil belajar dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Konsekuensi teori behavioristik adalah para guru yang menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang sudah dikuasai siswa disampaikan secara utuh. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Penerapan teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung 1 arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.


B.     Tokoh-Tokoh Dalam Teori Belajar Behavioristik
1.      Teori belajar menurut Edward Lee Thorndike
Seorang pendidik dan psikolog berkebangsaan Amerika, mengemukakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi/berbuat. Sedang respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsangan. Teori belajar yang dikemukakan Thorndike sering disebut dengan teori koneksionisme/teori asosiasi.
2.      Teori belajar menurut Watson
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Meurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksudkan harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur.
3.      Teori belajar menurut clark hull
Clark hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
4.      Teori belajar menurut Edwin Guthrie
Ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark Hull. Guthrie percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam belajar.
5.      Teori belajar Skinner
Tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning yang berkebangsaan Amerika. Gaya mengajar guru dilakukan secara searah dan dikontrol melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement), maksudnya pengetahuan yang terbentuk melalui ingatan stimulus-respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi 2 yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Bentuk-bentuk penguatan positif misalnya : hadiah, permen, kado, makanan, perilaku (senyum, menganggukkan kepala, untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol)/penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif misalnya : menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner : penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa dan sebagai hukumannya anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Kesalahan dalam penguatan positif terjadi dalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking juara dikelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.


C.    Prinsip-Prinsip Belajar
1.      Reinforcement and Punishment
Kosekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement). Sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut hukuman (punishment).
2.      Primary and Secondary Reinforcement
penguatan efektif bagi subyek yang belum terlatih, artinya tidak dibutuhkan suatu latian awal untuk memperkuat suatu respon, sedangkan secondary penguatan yang tidak dapat berfungsi sebagai penguat secara alami. Agar penguatan tersebut jadi efektif, individu harus memiliki pengalaman lebih dulu dengan penguatan tersebut.
3.      Schedule of Reinforcement
setiap respon yang diinginkan muncul,maka pada individu diberikan reinforcement, jadwal pemberian reinforcement dapat diberikan dengan berbagai cara, antara lain didasarkan atas jumlah respon, tingkat respon atau pola respon yang diinginkan.
4.      Contingency Management
suatu tipe pengkondisian belajar dimana secara sukarela mengarahkan perilaku yang diinginkan terhadap imbalan.
5.      Stimulus Control in Operant Learning
tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi merupakan sutau tindakan yang disengaja atau operan yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.
6.      The elimination of Responses
jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan maka hubungan stimulus-respon akan semakin kuat,begitu juga sebaliknya.

D.    Aplikasi/Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran
Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
Pembelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedang belajar sebagai aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku tersebut.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajrnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.


Referensi
Budiningsih, C. Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://74.125.153.132/search?q=cache:hgVmORcMB_QJ:id:wikipedia.org  /wiki/Teri_Belajar_Behavioristik+pembelajaran+berdasarkan+behavioristik&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar