Pendidikan
karakter yang dicanangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan dirasa
sebagai suatu gebrakan yang baik. Berangkat dari semakin menurunnya etika dan
moral para pelajar ataupun lulusan pendidikan formal menjadi dasar untuk
diberlakukannya pendidikan karakter. Memang saat ini apabila kita melihat
kondisi para pelajar di Indonesia mayoritas kurang memiliki karakter sebagai bangsa
Indonesia. Indonesia memiliki ratusan suku, adat, ras, seni, bahasa, dan
budaya. Dengan berstatus senagai negara kepulauan, memiliki wilayah yang luas
dan memiliki penduduk yang berjumlah besar memang dirasa sulit untuk mewujudkan
insan-insan bangsa Indonesia yang berkarakter. Akan tetapi, apabila kita mampu
melihat situasi dengan baik dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat, kita sebenarnya mampu membangun insan pendidikan Indonesia yang
cerdas dan berkarakter.
Namun
faktanya, untuk mewujudkan generasi Indonesia yang berkarakter rasanya masih
mengalami kesulitan. Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh pendidik ataupun
lembaga pendidikan masih belum bisa berjalan sesuai harapan. Masih banyak kita
jumpai para pelajar yang membolos sekolah, tawuran, kebut-kebutan di jalan,
melakukan tindak kriminal, dan sebagainya. Kita tidak bisa sepenuhnya
menyalahkan pelajar tersebut karena banyak faktor yang membuat pelajar
melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai dan norma-norma. Sudah selayaknya
semua pihak yang peduli terhadap generasi penerus bangsa ini terus berupaya
untuk memperbaiki karakter para pelajar Indonesia.
Salah
satu cara untuk mewujudkan insan pendidikan Indonesia yang berkarakter yaitu
dengan menerapkan pendidikan berbasis budaya lokal dan diintegritaskan dengan
pendidikan multikultural. Indonesia memiliki berbagai macam suku dan budaya
yang tentunya memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut
merupakan hal yang wajar mengingat nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh
nenek moyang dari masing-masing daerah berbeda-beda. Dengan tetap menjaga nilai
budaya dari leluhur, maka insan pelajar Indonesia akan tetap memiliki karakter
sesuai dengan budaya yang terdapat di lingkungannya.
Pendidikan
berbasis budaya lokal merupakan upaya untuk mengintegrasikan budaya lokal dalam
proses pendidikan yang mana proses pendidikan tidak hanya fokus terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi melainkan juga dengan mempelajari budaya lokal.
Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda. Keunggulan dari potensi
daerah itu sangatlah beragam. Dengan
kebergaman potensi daerah ini pengembangan potensi dan keunggulan daerah perlu diperhatikan
sehingga pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa tidak asing dengan
daerahnya sendiri dan memahami potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya
sendiri.
Pelajaran
Seni Budaya yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan formal sebenarnya merupakan
langkah yang baik untuk menanamkan kebudayaan lokal. Akan tetapi, apresiasi
terhadap pelajaran ini hanya sekedar menggambar, menyanyi, melukis, atau yang
lainnya. Apabila pelajaran Seni Budaya ini lebih ditekankan untuk mempelajari
budaya-budaya lokal maka akan lebih efektif untuk membentuk karakter pelajar
itu sendiri. Dengan mengajak pelajar untuk berinteraksi langsung dengan
orang-orang yang bergerak di bidang seni budaya itu sendiri rasanya akan lebih
efektif. Sebagai contoh mengajak pelajar untuk belajar kesenian wayang dengan
dalang dari wayang itu sendiri. Dengan belajar secara langsung pelajar tidak
hanya sekedar tahu tentang wayang, tetapi juga bisa mempelajari sejarah wayang,
tokoh-tokoh wayang, filosofi cerita pewayangan, makna dari cerita wayang, atau
bahkan bisa belajar menjadi dalang.
Untuk
membenahi kurikulum pendidikan khususnya pelajaran Seni Budaya bisa dilakukan
melalui dua alternatif. Alternatif pertama dengan memuat mata pelajaran budaya
lokal seperti pelajaran budaya jawa, budaya sunda, budaya betawi, budaya bali,
budaya sasak, budaya melayu dan lainnya. Sedangkan, alternatif kedua adalah
dengan mengintegrasikan muatan budaya lokal dalam pelajaran-pelajaran yang
telah ada atau disebut sebagai pembelajaran berbasis budaya.
Muatan
lokal saat ini memang sudah diterapkan di dalam kurikulum pendidikan seperti
bahasa daerah. Namun pada praktiknya bahasa daerah hanya sebatas pelajaran
pelengkap dengan mengedepankan aspek linguistik saja. Ada hal yang perlu
diingat bahwasanya pelajaran bahasa daerah bisa kita implementasikan dengan
mempelajari keseluruhan dari budaya daerah yang mencakup filosofi, nilai-nilai,
pembelajaran moral, sopan santun, tradisi, adat istiadat, dan lainnya. Selain
itu sebaiknya pembelajaran tidak hanya mengedepankan aspek kognitif saja, akan
tetapi dengan menanamkan sikap dan berperilaku sesuai dengan kebudayaan lokal
sehingga terbentuklah pelajar yang berkarakter sesuai dengan budaya lokal.
Pendidikan multikultural merupakan proses pendidikan yang
memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik
sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap saling menghargai dan
menghormati sesamanya. Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural
mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada
perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang
berbeda. Dengan demikian, output yang diharapkan adalah peserta didik
mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi dimana peserta didik lebih
berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai
kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah peserta
didik yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.Mengintegrasikan antara pendidikan denga budaya lokal merupakan hal yang harus dilakukan dalam menghadapi globalisasi budaya guna melahirkan generasi berbudaya dan juga tentunya generasi yang integratif. Untuk melakukannya harus menyentuh pada dua aspek utama. Aspek pertama ialah pendidikan yang mendorong manusia untuk menghargai dan mengenakan atribut budaya lokal dengan menerapkan pendidikan berbasis budaya lokal. Sedangkan untuk aspek kedua ialah pendidikan yang tidak hanya mengapresiasi budaya lokal daerahnya sendiri tetapi juga budaya daerah lain dengan memberikan pendidikan multikultural. Penerapan kedua aspek ini dapat dilakukan secara bersamaan sehingga melahirkan generasi Indonesia yang berkarakter, berbudaya dan integratif.