A.
Pendidikan
sebagai Gejala Kebudayaan
- Asas-Asas Pendidikan
Pandangan
bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-hal berikut:
a. Manusia Adalah Makhluk Budaya
Pendidikan
hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai
kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia
dan hewan dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis,
dimana instink dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara
dan tanah). Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut. Sifat dunia manusia
terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).
b. Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya
Pendidikan
selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan
proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan
bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu
selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu
perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan
kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan
pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan
kebudayaan.
c. Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan
Harus Ada Kesejajaran Tujuan
Pendidikan
informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal (education dan
schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua
tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya
keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna.
Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan
warga dan negara karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik
direncanakan atau tidak.
- · Masalah Kebudayaan
a. Beberapa Definisi Kebudayaan
1. Edward B. Taylor
Segala sesuatu pada kebudayaan tidak
dimiliki manusia sebagai manusia , tetapi harus diperoleh lewat kerja manusia.
Manusia bisa menjadi manusia bila mendukuki posisinya, yaitu dengan cara
pendidikan.
2. Freeman Budds
Budaya membimbing segala sesuatu
tindak laku manusia. Menurut Taylor dan buds agama termasuk budaya dan budaya
lebih luas dari agama, agama merupakan hasil kebudayaan dan budaya merupakan
ciptaan manusia. Dari sini dapat dinyatakan jika agama buatan manusia maka
agama bisa benar dan salah. Jika tidak benar budaya hasil buatan manusia, maka
segala ajaran dapat dibenarkan manusia dengan akalnya. Kebenaran agama tidak
selamanya dapat dijangkau oleh rasio manusia. Jika dilihat dari konteks 2
pendapat di atas tentu keduanya bukan orang-orang agamis. Agama merupakan suatu
yang lebih luhur dan suci kebudayaan.
Dari 2 pendapat di atas dapat
disimpulkan hal-hal berikut :
·
Kebudayaan merupakan sesuatu yang melingkupi segala aspek
kehidupan manusia
·
Kebudayaan tidak dimiliki manusia sejak lahir
·
Nilai norma dan kebudayaan menjadi nilai norma hidup
·
Isi pendidikan ditentukan isi materi kebudayaan dan tujuan
pendidikan
·
Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan merupakan suatu
integrasi lengkap
·
Pengajaran merupakan suatu alat pendidikan dan pendidikan
merupakan unsur kebudayaan
·
Kebudayaan bersifat edukatif
3. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan adalah buah budi manusia
yang merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan
zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup
dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib
dan damai. Beliau mengingatkan bahwa kebudayaan merupakan kemurahan Tuhan.
Menurutnya hubungan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah keduanya
merupakan usaha kebudayaan semata-mata dimana perguruan merupakan taman
persemaian kebudayaan bagi suatu bangsa. Sedangkan pendidikan menurutnya
merupakan upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi
(batin, inteligensi dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup selaras alam
dan masyarakat. Selanjutnya Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai
pandangan beralas garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan peri
kehidupannya yang mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja
sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan seluruh dunia.
Dari sini Ki Hajar Dewantara
mewujudkan pendidikan formal dalam bentuk taman siswa dengan karakteristik :
·
Asas Dasar : Panca Dharma (Kebangsaan, Kebudayaan,
Kemanusiaan, Kodrat Alam dan Kemerdekaan)
·
Bentuk : Asrama Padepokan (Pondok)
·
Sifat : Kekeluargaan
·
Isi Materi : Kebudayaan Nasional
·
Sistem : Sistem Among
b. Hubungan Antara Kebudayaan dan
Agama
Terdapat 2 pandangan terhadap
masalah apakah agama merupakan hasil kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan
merupakan hasil buah budi manusia yang diilhami oleh tuntunan agama. Pertama
pendapat yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah sumber agama dan karena itu
agama adalah unsur kebudayaan, hal ini tidak berarti jika kita menyatakan
kebudayaan Hindu, kebudayaan Islam dan lainnya. Hal ini akan mengarah pada
penolakan terhadap jasa agama serta lembaga agama sebagai sumber perkembangan
kebudayaan masa lalu dan sekarang. Pandangan tersebut juga tidak mengakui
hakekat esensial agama yang terletak pada unsur wahyu yang dibawa nabi dan
rasul dari Tuhan. Kebenaran pandangan tersebut mungkin terletak pada kebudayaan
adalah hasil buah budi manusia termasuk didalamnya nabi dan rasul penerima
wahyu dari Tuhan.
c. Kebudayaan, Peradaban dan Tradisi
Kebudayaan, peradaban dan tradisi
merupakan 3 istilah yang memiliki pengertian yang hampir sama, dimana
perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya, oleh siapa dan dalam bidang apa
istilah tersebut digunakan. Peradapan sering digunakan dalam bidang antropologi
sebagai kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan dimasukkan ke dalam
kebudayaan modern (misalnya primitive culture bukan primitif
civilization). Tradisi sering digunakan oleh ahli sejarah dan kebudayaan
merupakan istilah umum dalam ilmu sosial dan berlaku umum untuk semua tingkat kebudayaan.
Ki Hajar Dewantara menamakan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia sebagai “Achief
Nationale” yang menyimpan kekayaan batin bangsa.
- Segi-Segi Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan
Yang
dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah arah tujuan atau
sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan pandangan di atas.
Ada
10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat dikurangi untuk
sesuai dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan pendidikan akan
dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh tersebut tidak mungkin dan
tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan perbedaan dalam penekanan.
1.
Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan
Pendidikan
merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir,
berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya. Untuk
tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi
jasmani, mental kerohanian dan moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi
dan bertanggung jawab akibat tingkat perbuatannya.
2.
Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi
Lembaga
pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu menggunakan daya kemampuan
inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya. Sehingga anak berkesempatan
untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangusngan pendidikan dan
perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan
sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).
3.
Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga
Tugas
pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan
pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi undang-undang.
Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah (sebagai perantara,
pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka keluarga masyarakat juga
menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.
4.
Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian
Pendidik
dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya
kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam
menggunakan kecerdasanya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah
dirumuskan oleh Edward Springer sebagai :
Aspek
intelek menghasilkan manusia teoretis, sosisal manusia pengabdi, estetis
manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia
manusia untung serta sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga
menjadikan manusia cinta kasih.
5.
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses)
Menurut
Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan
dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai mengerti dan mengakui
kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya sendiri yang bersumber dari
kata hatinya.
6.
Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan
sosial
Sifat
pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan
mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja
membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus mengembangkan kesadaran
bertanggung jawab dan turut serta dalam masyarakat.
7.
Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat
Menurut
sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam perkembangan, yaitu (1)
pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat, diperuntukkan untuk
kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya kolonial Belanda dan (2)
pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi
masyarakat tanpa beda kelas.
8.
Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur
Bila
pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan
harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup
tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan
pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu yang
melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari
tujuan hidup manusia yang didasarkan pada filsafat hidup tertentu.
9.
Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme
Pendidikan
adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus Chauvinisme
atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya masalah dan
perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang,
adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa
lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas.
Pendidikan
bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk
itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling
kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan
doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas
kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan
kooperatif, peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan
tata hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan anatar bangsa.
Hasil
dari pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu :
(1)
Komunisme Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super
disikuti negara satelit
(2)
Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata
hubungan belandaskan prinsip demokrasi
(3)
Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan
tertentu.
10.
Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa
Hal
ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber
dari kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak diarahkan pada
intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai
dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan
agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak dapat dilepaskan
dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan. Sehingga
dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat, berpikiran bebas, perpengetahuan luas
dan berjiwa ikhlas.
·
Ilmu Pendidikan Sebagai
Ilmu Pengetahuan Normatif
Maksudnya
adalah bahwa pendidikan membawa pengkuan atas kenyataan berikut :
1.
Adanya norma tertentu dalam bertindak bagi manusia.
2.
Tugas pendidikan sebagai penanam suatu norma tertentu sesuai dasar filsafat
3.
Ilmu pendidikan harus berhubungan erat dengan ilmu filsafat pendidikan
4.
Ilmu pendidikan menurut sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat
5. Persoalan dan tujuan pendidikan merupakan persoalan normatif
sesuai filsafat pendidikan tertentu
6. Bila manusia memiliki filsafat pendidikan tertentu maka setiap
pendidik harus memiliki filsafat tertentu pula.
- Faktor-Faktor Pendidikan
Faktor
pendidikan adalah segala kondisi yang dapat memungkinkan dapat dilakukannya
usaha kerja yang bersifat pendidikan. Minimal harus ada 5 faktor :
1.
Cita-cita, dasar dan tujuan pendidikan
2.
Pendidik
3.
Anak didik
4.
Lingkungan
5.
Alat-alat pendidikan
Kelimanya
jika digambarkan seperti bagan :
Kelimanya
juga bisa dibandingkan dengan 5 sila Pancasila atau Rukun Islam. Masing-masing
faktor berhubungan erat dan tak dapat dipisahkan, misalnya alat-alat pendidikan
akan digunakan dengan tujuan apa atau siapa yang menggunakan alat tersebut.
a. Faktor Cita-Cita Dasar Tujuan
Tujuan
pendidikan umum, tujuan sempurna, dan mutakhir bergantung pada nilai-nilai atau
pandangan hidup tertentu yang memberi patokan mengenai tugas hidup manusia
dalam hal ini filsafat hidup Pancasila menentukan dan menjadi dasar tujuan
pendidikan dan pengajaran Pancasila. Ada 4 hal penting diungkapkan Lottich dan
Wilds :
1.
Filsafat hidup bisa berubah oleh lingkungan (sosial, politik dan ekonomis)
2.
Perubahan filsafat hidup mengubah kebutuhan pendidikan manusia
3.
Perubahan kebutuhan pendidikan mengubah konsepsi pendidikan
4.
Perubahan konsepsi pendidikan mengubah isi materi, kurikulum serta metode
pengajaran yang ada.
Kesalahan
yang mungkin dalam pendidikan adalah berupa teknis pelaksanaan dan ideologis
cita dan pandangan. Kesalah kedua ini merupakan hal yang lebih berat dan dalam
karena berkaitan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dari hal
di atas disimpulkan hal-hal berikut :
1.
manusia harus memiliki cita-cita, dasar serta tujuan hidup tertentu
2.
cita-cita, dasar serta tujuan pendidikan manusia tergantung pada kebudayaannya
3.
perubahan dalam konsepsi pendidikan akan mengakibatkan perubahan tentang
pendidikan
4.
diperlukan filsafat tertentu bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
5.
lingkungan merupakan kondisi untuk kemungkinan terlaksananya kerja pendidikan
b. Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
Langeveld
membagi tujuan pendidikan menurut jensinya dalam 6 macam, yaitu :
1. Tujuan
Umum-Sempurna-Mutakhir, menjiwai segala prilaku pendidik dalan setiap
situasi dan kondisi
2. Tujuan
Insidental-Momental-Mewaktu, suatu tujuan pendidikan yang akan
dicapai dengan menggunakan peristiwa yang bersifat insidentil. Misalnya pada
hari-hari besar negara (Hari Nasional)
3. Tujuan
Sementara, yaitu tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak menuju ke kedewasaanya. Jika anak berumur 18/19 tahun belum
dapat menyelesaikan SLTA maka terlambat perkembangannya.
4. Tujuan
Yang Belum Sempurna, yaitu pencapaian sebagian dari tujuan sempurna.
Misalnya pengabdian sarjana yang belum mau mengabdikan ilmunya pada negaranya
sendiri, tetapi sebaliknya ke luar negeri.
5. Pengkhususan
Tujuan Umum dan Sempurna, yaitu pengkhususan yang dibuat atas dasar :
keragaman bakat, keadaan keluarga dan lingkungan, kesanggupan pendidik, tugas
pendidikan tertentu (pesantren), serta cita-cita bangsa.
6. Tujuan
Intermidier/Perantara, tujuan yang merupakan alat untuk mencapai tujuan
lainnya. Misalnya pembelajaran bahasa Arab atau Inggris untuk mampu membaca
kitab kuning/text book.
c. Faktor Pendidik
Yang
termasuk ke dalam pengertian pendidik adalah orang dewasa, orang tua,
guru/pendidik, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Khusus untuk guru harus
memenuhi persyaratan pribadi dan jabatan (profesi).
d. Anak Didik
Langeveld
menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan anak didik, yaitu :
1. Sifat
hakekat anak didik, masih bergantung, kekanakan serta perlu bimbingan.
2. Sifat
Hakekat manusia dalam pendidikan, individualitas anak didik, moralitas dan
sosialitas yang mengarahkan manusia bisa dididik.
3. Sifat
hakekat manusia Pancasila, sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia maka
manusia Pancasila harus memeuhi aspek-aspek individualitas, moralitas,
nasionalis, serta makhluk religius.
e. Faktor Lingkungan
Pendidikan
merupakan gejala kebudayaan, berarti lingkungan pendidikan meliputi lingkungan
kebudayaan. Beberapa aspek lingkungan kebudayaan diantaranya kultur ideologis,
sosial politis, sosisal antropologis, sosial ekonomis, dan klimato Geografis.
Ditinjau
hubungannya dengan manusia, yaitu kemampuan manusia berinteraksi dengan
lingkungannya, maka lingkungan tersebut dibagi atas lingkungan yang dapat
diubah, yang dapat diubah dan dipengharuhi serta lingkungan sadar dan sengaja
dilakukan. Terdapat kemungkinan lingkungan yang ketiga, yaitu lingkungan
bersifat pribadi dan kebendaan.
f. Alat-Alat Pendidikan
Alat-alat
pendidikan dibedakan atas (1) alat pendidikan, (2) alat pengajaran, (3)
tindakan berdasarkan tindakan kewibawaan dan (4) Hukuman sebagai alat
pendidikan. Menurut Langeveld hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita dengan
sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada seseorang. Pemberian hukuman ini
harus memperhatikan definisi hukuman itu sendiri, unsur susila, tinjauan
penderitaan, Asas-asas dalam pemberian tindakan hukuman, disiplin pribadi.
- Pusat Badan/Lembaga Pendidikan
Alasan
perlunya badan/lembaga sosial sebagai badan pendidikan adalah :
1.
pendidikan adalah gejala kebudayaan
2.
pandangan tentang kehidupan masyarakat pluralistis
3.
pengakuan bahwa manusia adalah makhluk sosial
4.
pandangan bahwa pendidikan sekolah sebagai pengabdi masyarakat
5.
pengakuan akan adanya perbedaan antara pendidikan formal dan informal
Ki
Hajar Dewantara menyatakan pembagian dengan menamakannya sebagai tri pusat,
yaitu pusat keluarga, pusat sekolah dan pusat masyarakat. Oleh
Langeveld dipertegas lagi menjadi keluarga, gereja, dan negara.
a. Pusat Keluarga
Fungsi tugas pendidikan keluarga :
pendidikan budi pekerti, pendidikan sosial, pendidikan kewarganegaraan,
pembentukan kebiasaan dan pendidikan intelek.
b. Sekolah Sebagai Pusat Pendidkan
Dasar didirikannya sekolah :
perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya
perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya
perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi
kerja.
Fungsi dan tugas pendidikan di sekolah : menjalankan program pengajaran dan pendidikan, yaitu melatih
inteligensi manusia dengan pengetahuan. Sekolah merupakan lembaga persiapan dan
tempat beratih pendidikan di masyarakat, sehingga sekolah perlu menyesuaikan diri
terhadap kepentingan dan kemajuan masyarakat.
Dasar didirikannya sekolah :
perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya
perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya
perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi
kerja.
c. Pusat Pendidikan Masyarakat
Oleh
Ki Hajar Dewantara pusat pendidikan ini disebut dengan alam pemuda perkembangan
kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan
istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu
dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.
d. Pusat Pendidikan Keagamaan
Dasar
keharusan pondok/gereja dalam menyelenggarakan pendidika adalah :
1.
agama diakui bangsa dan negara sebagai unsur mutlak
2.
pemisahan agama/gerja tidak diakui negara
3.
tata kehidupan masyarakat pluralistik diakui bangsa dan negara
4.
sebagian keluarga tidak mampu melaksanakan tugas pendidikan
5.
agama merupakan unsur mutlak kebudayaan
e. Negara Sebagai Pusat Pendidikan
1. Negara
sebagai pusat pendidikan, hal tersebut berdasarkan pada kenyataan :
a. pengakuan atas manusia sebagai
makhluk sosial
b. timbulnya semangat nasionalisme
yang menghendaki pendidikan sebagai mediapembinana kesadaran jiwa nasionalisme
c. timbulnya pandangan negara
sejahtera (egara melindungi hak warganya)
d. terbatasnya pusat lembaga
swasta yang beragam dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran baik
kulitatif maupun kuantitatif
Semuanya
terbatas pada kemampuan negara serta norma tata kehidupan masyarakat dan
negara.
2. Pendidikan
negara demokratik, tujuan pendidikan warga negara diarahkan kebeberapa
segi :
a. Menanamkan jiwa dan mental
b. Menanamkan kesadaran mental dan
jiwa bernegara
c. Penanaman sifat dan sikap
kepribadian atas dasar demokratis
d. Menanamkan sifat dan sikap
nasionalisme yang positif
e. Pendidikan warga negara tidak
berarti pendidikan politik
B. Solusi
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Permasalahan pendidikan selalu di dasarkan pada filsafat
pendidikan itu sendiri. Dalam buku ini telah dipaparkan pandangan-pandangan
para filosof barat dalam memulai penulisan bukunya, hal ini terlihat dari tokoh
kebudayaan yang tampaknya hanya melihat dari sisi pemikiran barat saja. Namun
begitu penuangan pendapat Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh kebudayaan dan
pendidikan merupakan pembanding bagi pendapat-pendapat sebelumnya, yaitu Taylor
dan Butts.
Arah pendidikan yang selalu membesarkan nasionalisme
sebenarnya membuat pengotakan-pengotakan tersendiri, padahal dapat dilihat
sekarang bahwa pendidikan melalui media internet telah menembus tapal batas
seluruh negara, bahkan menurut Tung (2001) pendidikan mendatang akan mengarah
pada Cyber University. Sebagian besar pakar menyatakan bahwa abad ini merupakan
abad kebangkitan Islam, Islam sendiri tidak mengenal batas-batas negara dalam
penyebarannya, dimana diketahui bahwa ajaran Islam memuat segala aspek termasuk
pendidikan dan kebudayaan.
Hubungan budaya dan pendidikan, termasuk
pembahasan posisi agama dalam kebudayaan dan pendidikan serta pengajaran.
Asas-Asas Pendidikan menjelaskan keberadaan manusia sebagai makhluk budaya
berbeda dengan hewan, menerangkan sejajarnya perkembangan pendidikan dan
kebudayaan serta kesetaraan pendidikan formal dan informal yang harus disikapi
dengan seimbang.
Aspek-aspek pendidikan merupakan gejala
kebudayaan, ini dinyatakan dengan definisi pendidikan sebagai tingkah laku
sampai pembentukan jiwa nasionalisme pada manusia. Pendidikan bersifat normatif
dengan memperhatikan dasar dan ajar. Untuk proses pendidikan itu sendiri harus memperhatikan
5 faktor-faktor dalam pendidikan yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan.
Untuk mewujudkannya diperlukan badan atau lembaga pendidikan yang dikelola
dengan baik oleh pemerintah disamping pengelolaan oleh swasta yang mungkin
memiliki pola yang bervariasi.
Dalam merealisasikan pendidikan pada era
otonomi daerah sekarang ini, sewajarnya pendidikan yang dilaksanakan
memperhatikan aspek budaya, misalnya konsep life skill dalam pendidikan untuk
peningkatan keterampilan siswa setelah menamatkan jenjang pendidikannya.
Pendekatan budaya merupakan cara tepat dalam membina moralitas pendidikan
bangsa yang mulai ambruk, hal ini karena budaya memuat berbagai aspek, seperti
agama, etika dan lingkungan. Sebaiknya pendidikan yang dilaksanakan disesuaikan
dengan budaya setempat. Budaya Indonesia yang bervariasi dapat dijadikan sumber
masukan untuk menopang budaya nasional.
Daftar Pustaka
Saifullah,
Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala
Kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional.
Tung, Khoe Yao. (2001). Pendidikan dan Riset di
Internet, Dinastindo, Jakarta.
Tim Perumus FT UMJ, (1998). Islam dan IPTEK,
Jilid I, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Pandapotan
Harahap. 27 November 2008. http://vandha.wordpress.com/2008/11/27/pendidikan-pengajaran-dan-kebudayaan-pendidikan-sebagai-gejala-kebudayaan/