Rabu, 30 Maret 2016

Pengaruh Pendidikan Terhadap Kebudayaan



A.    Pendidikan sebagai Gejala Kebudayaan

  • Asas-Asas Pendidikan

Pandangan bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-hal berikut:
a. Manusia Adalah Makhluk Budaya
Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang merupakan perbedaan antara manusia dan hewan dengan adanya budaya dan pendidikan. Sifat dunia hewan statis, dimana instink dan dan reflek sebagai pembatas (misalnya lingkungan air, udara dan tanah). Kehidupan tersendiri bagi hewan tersebut. Sifat dunia manusia terbuka, dimana manusia memberi arti bagi dunianya (secara kongkrit).
b. Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.
c. Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus Ada Kesejajaran Tujuan
Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala unsur kebudayaan bernilai pendidikan baik direncanakan atau tidak.


  • ·         Masalah Kebudayaan

a. Beberapa Definisi Kebudayaan
1. Edward B. Taylor
Segala sesuatu pada kebudayaan tidak dimiliki manusia sebagai manusia , tetapi harus diperoleh lewat kerja manusia. Manusia bisa menjadi manusia bila mendukuki posisinya, yaitu dengan cara pendidikan.
2. Freeman Budds
Budaya membimbing segala sesuatu tindak laku manusia. Menurut Taylor dan buds agama termasuk budaya dan budaya lebih luas dari agama, agama merupakan hasil kebudayaan dan budaya merupakan ciptaan manusia. Dari sini dapat dinyatakan jika agama buatan manusia maka agama bisa benar dan salah. Jika tidak benar budaya hasil buatan manusia, maka segala ajaran dapat dibenarkan manusia dengan akalnya. Kebenaran agama tidak selamanya dapat dijangkau oleh rasio manusia. Jika dilihat dari konteks 2 pendapat di atas tentu keduanya bukan orang-orang agamis. Agama merupakan suatu yang lebih luhur dan suci kebudayaan.
Dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan hal-hal berikut :
·         Kebudayaan merupakan sesuatu yang melingkupi segala aspek kehidupan manusia
·         Kebudayaan tidak dimiliki manusia sejak lahir
·         Nilai norma dan kebudayaan menjadi nilai norma hidup
·         Isi pendidikan ditentukan isi materi kebudayaan dan tujuan pendidikan
·         Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan merupakan suatu integrasi lengkap
·         Pengajaran merupakan suatu alat pendidikan dan pendidikan merupakan unsur kebudayaan
·         Kebudayaan bersifat edukatif
 
3. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan terhadap 2 pengaruh yang kuat, yaitu alam dan zaman yang merupakan kebutuhan hidup manusia untuk mengatasi tantangan hidup dan kehidupan guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai. Beliau mengingatkan bahwa kebudayaan merupakan kemurahan Tuhan. Menurutnya hubungan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah keduanya merupakan usaha kebudayaan semata-mata dimana perguruan merupakan taman persemaian kebudayaan bagi suatu bangsa. Sedangkan pendidikan menurutnya merupakan upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang terintegrasi (batin, inteligensi dan tubuh) untuk memajukan kesempurnaan hidup selaras alam dan masyarakat. Selanjutnya Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai pandangan beralas garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan peri kehidupannya yang mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan seluruh dunia.
Dari sini Ki Hajar Dewantara mewujudkan pendidikan formal dalam bentuk taman siswa dengan karakteristik :
·         Asas Dasar : Panca Dharma (Kebangsaan, Kebudayaan, Kemanusiaan, Kodrat Alam dan Kemerdekaan)
·         Bentuk : Asrama Padepokan (Pondok)
·         Sifat : Kekeluargaan
·         Isi Materi : Kebudayaan Nasional
·         Sistem : Sistem Among
b. Hubungan Antara Kebudayaan dan Agama
Terdapat 2 pandangan terhadap masalah apakah agama merupakan hasil kebudayaan atau sebaliknya kebudayaan merupakan hasil buah budi manusia yang diilhami oleh tuntunan agama. Pertama pendapat yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah sumber agama dan karena itu agama adalah unsur kebudayaan, hal ini tidak berarti jika kita menyatakan kebudayaan Hindu, kebudayaan Islam dan lainnya. Hal ini akan mengarah pada penolakan terhadap jasa agama serta lembaga agama sebagai sumber perkembangan kebudayaan masa lalu dan sekarang. Pandangan tersebut juga tidak mengakui hakekat esensial agama yang terletak pada unsur wahyu yang dibawa nabi dan rasul dari Tuhan. Kebenaran pandangan tersebut mungkin terletak pada kebudayaan adalah hasil buah budi manusia termasuk didalamnya nabi dan rasul penerima wahyu dari Tuhan.
c. Kebudayaan, Peradaban dan Tradisi
Kebudayaan, peradaban dan tradisi merupakan 3 istilah yang memiliki pengertian yang hampir sama, dimana perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya, oleh siapa dan dalam bidang apa istilah tersebut digunakan. Peradapan sering digunakan dalam bidang antropologi sebagai kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan dimasukkan ke dalam kebudayaan modern (misalnya primitive culture bukan primitif civilization). Tradisi sering digunakan oleh ahli sejarah dan kebudayaan merupakan istilah umum dalam ilmu sosial dan berlaku umum untuk semua tingkat kebudayaan. Ki Hajar Dewantara menamakan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia sebagai “Achief Nationale” yang menyimpan kekayaan batin bangsa.


  • Segi-Segi Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan

Yang dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah arah tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan pandangan di atas.
Ada 10 segi pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat dikurangi untuk sesuai dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan pendidikan akan dilaksanakan. Pemisahan salah satu dari kesepuluh tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan tetapi hanya dibenarkan perbedaan dalam penekanan.
1. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan
Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental kerohanian dan moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab akibat tingkat perbuatannya.
2. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi
Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu menggunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya. Sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangusngan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).
3. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga
Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi undang-undang. Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah (sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.
4. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian
Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasanya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Edward Springer sebagai :
Aspek intelek menghasilkan manusia teoretis, sosisal manusia pengabdi, estetis manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia manusia untung serta sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih.
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses)
Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai mengerti dan mengakui kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya sendiri yang bersumber dari kata hatinya.
6. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan sosial
Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan turut serta dalam masyarakat.
7. Pendidikan harus mengabdi seluruh massa rakyat
Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam perkembangan, yaitu (1) pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat, diperuntukkan untuk kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya kolonial Belanda dan (2) pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa beda kelas.
8. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur
Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu yang melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia yang didasarkan pada filsafat hidup tertentu.
9. Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme
Pendidikan adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus Chauvinisme atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap adanya perang, adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun kesengsaraan bagi bangsa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas.
Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan tata hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan anatar bangsa.
Hasil dari pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu :
(1) Komunisme Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara satelit
(2) Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata hubungan belandaskan prinsip demokrasi
(3) Kerjasama Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan tertentu.
10. Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa
Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak diarahkan pada intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak dapat dilepaskan dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan. Sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat, berpikiran bebas, perpengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.

·         Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif
Maksudnya adalah bahwa pendidikan membawa pengkuan atas kenyataan berikut :
1. Adanya norma tertentu dalam bertindak bagi manusia.
2. Tugas pendidikan sebagai penanam suatu norma tertentu sesuai dasar filsafat
3. Ilmu pendidikan harus berhubungan erat dengan ilmu filsafat pendidikan
4. Ilmu pendidikan menurut sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat
5. Persoalan dan tujuan pendidikan merupakan persoalan normatif sesuai filsafat pendidikan tertentu
6. Bila manusia memiliki filsafat pendidikan tertentu maka setiap pendidik harus memiliki filsafat tertentu pula.


  • Faktor-Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan adalah segala kondisi yang dapat memungkinkan dapat dilakukannya usaha kerja yang bersifat pendidikan. Minimal harus ada 5 faktor :
1. Cita-cita, dasar dan tujuan pendidikan
2. Pendidik
3. Anak didik
4. Lingkungan
5. Alat-alat pendidikan
Kelimanya jika digambarkan seperti bagan :
Kelimanya juga bisa dibandingkan dengan 5 sila Pancasila atau Rukun Islam. Masing-masing faktor berhubungan erat dan tak dapat dipisahkan, misalnya alat-alat pendidikan akan digunakan dengan tujuan apa atau siapa yang menggunakan alat tersebut.
a. Faktor Cita-Cita Dasar Tujuan
Tujuan pendidikan umum, tujuan sempurna, dan mutakhir bergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu yang memberi patokan mengenai tugas hidup manusia dalam hal ini filsafat hidup Pancasila menentukan dan menjadi dasar tujuan pendidikan dan pengajaran Pancasila. Ada 4 hal penting diungkapkan Lottich dan Wilds :
1. Filsafat hidup bisa berubah oleh lingkungan (sosial, politik dan ekonomis)
2. Perubahan filsafat hidup mengubah kebutuhan pendidikan manusia
3. Perubahan kebutuhan pendidikan mengubah konsepsi pendidikan
4. Perubahan konsepsi pendidikan mengubah isi materi, kurikulum serta metode pengajaran yang ada.
Kesalahan yang mungkin dalam pendidikan adalah berupa teknis pelaksanaan dan ideologis cita dan pandangan. Kesalah kedua ini merupakan hal yang lebih berat dan dalam karena berkaitan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dari hal di atas disimpulkan hal-hal berikut :
1. manusia harus memiliki cita-cita, dasar serta tujuan hidup tertentu
2. cita-cita, dasar serta tujuan pendidikan manusia tergantung pada kebudayaannya
3. perubahan dalam konsepsi pendidikan akan mengakibatkan perubahan tentang pendidikan
4. diperlukan filsafat tertentu bagi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
5. lingkungan merupakan kondisi untuk kemungkinan terlaksananya kerja pendidikan
b. Jenis-Jenis Tujuan Pendidikan
Langeveld membagi tujuan pendidikan menurut jensinya dalam 6 macam, yaitu :
1. Tujuan Umum-Sempurna-Mutakhir, menjiwai segala prilaku pendidik dalan setiap situasi dan kondisi
2. Tujuan Insidental-Momental-Mewaktu, suatu tujuan pendidikan yang akan dicapai dengan menggunakan peristiwa yang bersifat insidentil. Misalnya pada hari-hari besar negara (Hari Nasional)
3. Tujuan Sementara, yaitu tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak menuju ke kedewasaanya. Jika anak berumur 18/19 tahun belum dapat menyelesaikan SLTA maka terlambat perkembangannya.
4. Tujuan Yang Belum Sempurna, yaitu pencapaian sebagian dari tujuan sempurna. Misalnya pengabdian sarjana yang belum mau mengabdikan ilmunya pada negaranya sendiri, tetapi sebaliknya ke luar negeri.
5. Pengkhususan Tujuan Umum dan Sempurna, yaitu pengkhususan yang dibuat atas dasar : keragaman bakat, keadaan keluarga dan lingkungan, kesanggupan pendidik, tugas pendidikan tertentu (pesantren), serta cita-cita bangsa.
6. Tujuan Intermidier/Perantara, tujuan yang merupakan alat untuk mencapai tujuan lainnya. Misalnya pembelajaran bahasa Arab atau Inggris untuk mampu membaca kitab kuning/text book.
c. Faktor Pendidik
Yang termasuk ke dalam pengertian pendidik adalah orang dewasa, orang tua, guru/pendidik, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Khusus untuk guru harus memenuhi persyaratan pribadi dan jabatan (profesi).
d. Anak Didik
Langeveld menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan anak didik, yaitu :
1. Sifat hakekat anak didik, masih bergantung, kekanakan serta perlu bimbingan.
2. Sifat Hakekat manusia dalam pendidikan, individualitas anak didik, moralitas dan sosialitas yang mengarahkan manusia bisa dididik.
3. Sifat hakekat manusia Pancasila, sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia maka manusia Pancasila harus memeuhi aspek-aspek individualitas, moralitas, nasionalis, serta makhluk religius.
e. Faktor Lingkungan
Pendidikan merupakan gejala kebudayaan, berarti lingkungan pendidikan meliputi lingkungan kebudayaan. Beberapa aspek lingkungan kebudayaan diantaranya kultur ideologis, sosial politis, sosisal antropologis, sosial ekonomis, dan klimato Geografis.
Ditinjau hubungannya dengan manusia, yaitu kemampuan manusia berinteraksi dengan lingkungannya, maka lingkungan tersebut dibagi atas lingkungan yang dapat diubah, yang dapat diubah dan dipengharuhi serta lingkungan sadar dan sengaja dilakukan. Terdapat kemungkinan lingkungan yang ketiga, yaitu lingkungan bersifat pribadi dan kebendaan.
f. Alat-Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan dibedakan atas (1) alat pendidikan, (2) alat pengajaran, (3) tindakan berdasarkan tindakan kewibawaan dan (4) Hukuman sebagai alat pendidikan. Menurut Langeveld hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita dengan sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada seseorang. Pemberian hukuman ini harus memperhatikan definisi hukuman itu sendiri, unsur susila, tinjauan penderitaan, Asas-asas dalam pemberian tindakan hukuman, disiplin pribadi.



  • Pusat Badan/Lembaga Pendidikan

Alasan perlunya badan/lembaga sosial sebagai badan pendidikan adalah :
1. pendidikan adalah gejala kebudayaan
2. pandangan tentang kehidupan masyarakat pluralistis
3. pengakuan bahwa manusia adalah makhluk sosial
4. pandangan bahwa pendidikan sekolah sebagai pengabdi masyarakat
5. pengakuan akan adanya perbedaan antara pendidikan formal dan informal
Ki Hajar Dewantara menyatakan pembagian dengan menamakannya sebagai tri pusat, yaitu pusat keluarga, pusat sekolah dan pusat masyarakat. Oleh Langeveld dipertegas lagi menjadi keluarga, gereja, dan negara.
a. Pusat Keluarga
Fungsi tugas pendidikan keluarga : pendidikan budi pekerti, pendidikan sosial, pendidikan kewarganegaraan, pembentukan kebiasaan dan pendidikan intelek.
b. Sekolah Sebagai Pusat Pendidkan
Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.
Fungsi dan tugas pendidikan di sekolah : menjalankan program pengajaran dan pendidikan, yaitu melatih inteligensi manusia dengan pengetahuan. Sekolah merupakan lembaga persiapan dan tempat beratih pendidikan di masyarakat, sehingga sekolah perlu menyesuaikan diri terhadap kepentingan dan kemajuan masyarakat.
Dasar didirikannya sekolah : perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.
c. Pusat Pendidikan Masyarakat
Oleh Ki Hajar Dewantara pusat pendidikan ini disebut dengan alam pemuda perkembangan kebudayaan, perlu proses dalam perkembangan kebudayaan, adanya perbedaan istilah formal (sekolah) dan informal di rumah, serta adanya perkembnangan ilmu dan teknologi sehingga terjadi otomatisasi dan mekanisasi kerja.
d. Pusat Pendidikan Keagamaan
Dasar keharusan pondok/gereja dalam menyelenggarakan pendidika adalah :
1. agama diakui bangsa dan negara sebagai unsur mutlak
2. pemisahan agama/gerja tidak diakui negara
3. tata kehidupan masyarakat pluralistik diakui bangsa dan negara
4. sebagian keluarga tidak mampu melaksanakan tugas pendidikan
5. agama merupakan unsur mutlak kebudayaan
e. Negara Sebagai Pusat Pendidikan
1. Negara sebagai pusat pendidikan, hal tersebut berdasarkan pada kenyataan :
a.  pengakuan atas manusia sebagai makhluk sosial
b. timbulnya semangat nasionalisme yang menghendaki pendidikan sebagai mediapembinana kesadaran jiwa nasionalisme
c. timbulnya pandangan negara sejahtera (egara melindungi hak warganya)
d. terbatasnya pusat lembaga swasta yang beragam dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran baik kulitatif maupun kuantitatif
Semuanya terbatas pada kemampuan negara serta norma tata kehidupan masyarakat dan negara.
2. Pendidikan negara demokratik, tujuan pendidikan warga negara diarahkan kebeberapa segi :
a. Menanamkan jiwa dan mental
b.  Menanamkan kesadaran mental dan jiwa bernegara
c. Penanaman sifat dan sikap kepribadian atas dasar demokratis
d. Menanamkan sifat dan sikap nasionalisme yang positif
e.  Pendidikan warga negara tidak berarti pendidikan politik


 B.    Solusi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Permasalahan pendidikan selalu di dasarkan pada filsafat pendidikan itu sendiri. Dalam buku ini telah dipaparkan pandangan-pandangan para filosof barat dalam memulai penulisan bukunya, hal ini terlihat dari tokoh kebudayaan yang tampaknya hanya melihat dari sisi pemikiran barat saja. Namun begitu penuangan pendapat Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh kebudayaan dan pendidikan merupakan pembanding bagi pendapat-pendapat sebelumnya, yaitu Taylor dan Butts.
Arah pendidikan yang selalu membesarkan nasionalisme sebenarnya membuat pengotakan-pengotakan tersendiri, padahal dapat dilihat sekarang bahwa pendidikan melalui media internet telah menembus tapal batas seluruh negara, bahkan menurut Tung (2001) pendidikan mendatang akan mengarah pada Cyber University. Sebagian besar pakar menyatakan bahwa abad ini merupakan abad kebangkitan Islam, Islam sendiri tidak mengenal batas-batas negara dalam penyebarannya, dimana diketahui bahwa ajaran Islam memuat segala aspek termasuk pendidikan dan kebudayaan.
Hubungan budaya dan pendidikan, termasuk pembahasan posisi agama dalam kebudayaan dan pendidikan serta pengajaran. Asas-Asas Pendidikan menjelaskan keberadaan manusia sebagai makhluk budaya berbeda dengan hewan, menerangkan sejajarnya perkembangan pendidikan dan kebudayaan serta kesetaraan pendidikan formal dan informal yang harus disikapi dengan seimbang.
Aspek-aspek pendidikan merupakan gejala kebudayaan, ini dinyatakan dengan definisi pendidikan sebagai tingkah laku sampai pembentukan jiwa nasionalisme pada manusia. Pendidikan bersifat normatif dengan memperhatikan dasar dan ajar. Untuk proses pendidikan itu sendiri harus memperhatikan 5 faktor-faktor dalam pendidikan yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Untuk mewujudkannya diperlukan badan atau lembaga pendidikan yang dikelola dengan baik oleh pemerintah disamping pengelolaan oleh swasta yang mungkin memiliki pola yang bervariasi.
Dalam merealisasikan pendidikan pada era otonomi daerah sekarang ini, sewajarnya pendidikan yang dilaksanakan memperhatikan aspek budaya, misalnya konsep life skill dalam pendidikan untuk peningkatan keterampilan siswa setelah menamatkan jenjang pendidikannya. Pendekatan budaya merupakan cara tepat dalam membina moralitas pendidikan bangsa yang mulai ambruk, hal ini karena budaya memuat berbagai aspek, seperti agama, etika dan lingkungan. Sebaiknya pendidikan yang dilaksanakan disesuaikan dengan budaya setempat. Budaya Indonesia yang bervariasi dapat dijadikan sumber masukan untuk menopang budaya nasional.

Daftar Pustaka
Saifullah, Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional.
Tung, Khoe Yao. (2001). Pendidikan dan Riset di Internet, Dinastindo, Jakarta.
Tim Perumus FT UMJ, (1998). Islam dan IPTEK, Jilid I, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Pandapotan Harahap. 27 November 2008. http://vandha.wordpress.com/2008/11/27/pendidikan-pengajaran-dan-kebudayaan-pendidikan-sebagai-gejala-kebudayaan/