Selasa, 18 September 2012

Pendidikan Berbasis Budaya Lokal dan Multikultural Dalam Upaya Membentuk Karakter Bangsa



Pendidikan karakter yang dicanangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan dirasa sebagai suatu gebrakan yang baik. Berangkat dari semakin menurunnya etika dan moral para pelajar ataupun lulusan pendidikan formal menjadi dasar untuk diberlakukannya pendidikan karakter. Memang saat ini apabila kita melihat kondisi para pelajar di Indonesia mayoritas kurang memiliki karakter sebagai bangsa Indonesia. Indonesia memiliki ratusan suku, adat, ras, seni, bahasa, dan budaya. Dengan berstatus senagai negara kepulauan, memiliki wilayah yang luas dan memiliki penduduk yang berjumlah besar memang dirasa sulit untuk mewujudkan insan-insan bangsa Indonesia yang berkarakter. Akan tetapi, apabila kita mampu melihat situasi dengan baik dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, kita sebenarnya mampu membangun insan pendidikan Indonesia yang cerdas dan berkarakter.
Namun faktanya, untuk mewujudkan generasi Indonesia yang berkarakter rasanya masih mengalami kesulitan. Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh pendidik ataupun lembaga pendidikan masih belum bisa berjalan sesuai harapan. Masih banyak kita jumpai para pelajar yang membolos sekolah, tawuran, kebut-kebutan di jalan, melakukan tindak kriminal, dan sebagainya. Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pelajar tersebut karena banyak faktor yang membuat pelajar melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai dan norma-norma. Sudah selayaknya semua pihak yang peduli terhadap generasi penerus bangsa ini terus berupaya untuk memperbaiki karakter para pelajar Indonesia.
Salah satu cara untuk mewujudkan insan pendidikan Indonesia yang berkarakter yaitu dengan menerapkan pendidikan berbasis budaya lokal dan diintegritaskan dengan pendidikan multikultural. Indonesia memiliki berbagai macam suku dan budaya yang tentunya memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut merupakan hal yang wajar mengingat nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh nenek moyang dari masing-masing daerah berbeda-beda. Dengan tetap menjaga nilai budaya dari leluhur, maka insan pelajar Indonesia akan tetap memiliki karakter sesuai dengan budaya yang terdapat di lingkungannya.
Pendidikan berbasis budaya lokal merupakan upaya untuk mengintegrasikan budaya lokal dalam proses pendidikan yang mana proses pendidikan tidak hanya fokus terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan juga dengan mempelajari budaya lokal. Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda. Keunggulan dari potensi daerah itu sangatlah beragam. Dengan kebergaman potensi daerah ini pengembangan potensi dan keunggulan daerah perlu diperhatikan sehingga pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa tidak asing dengan daerahnya sendiri dan memahami potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya sendiri.
Pelajaran Seni Budaya yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan formal sebenarnya merupakan langkah yang baik untuk menanamkan kebudayaan lokal. Akan tetapi, apresiasi terhadap pelajaran ini hanya sekedar menggambar, menyanyi, melukis, atau yang lainnya. Apabila pelajaran Seni Budaya ini lebih ditekankan untuk mempelajari budaya-budaya lokal maka akan lebih efektif untuk membentuk karakter pelajar itu sendiri. Dengan mengajak pelajar untuk berinteraksi langsung dengan orang-orang yang bergerak di bidang seni budaya itu sendiri rasanya akan lebih efektif. Sebagai contoh mengajak pelajar untuk belajar kesenian wayang dengan dalang dari wayang itu sendiri. Dengan belajar secara langsung pelajar tidak hanya sekedar tahu tentang wayang, tetapi juga bisa mempelajari sejarah wayang, tokoh-tokoh wayang, filosofi cerita pewayangan, makna dari cerita wayang, atau bahkan bisa belajar menjadi dalang.
Untuk membenahi kurikulum pendidikan khususnya pelajaran Seni Budaya bisa dilakukan melalui dua alternatif. Alternatif pertama dengan memuat mata pelajaran budaya lokal seperti  pelajaran budaya jawa, budaya sunda, budaya betawi, budaya bali, budaya sasak, budaya melayu dan lainnya. Sedangkan, alternatif kedua adalah dengan mengintegrasikan muatan budaya lokal dalam pelajaran-pelajaran yang telah ada atau disebut sebagai pembelajaran berbasis budaya.
Muatan lokal saat ini memang sudah diterapkan di dalam kurikulum pendidikan seperti bahasa daerah. Namun pada praktiknya bahasa daerah hanya sebatas pelajaran pelengkap dengan mengedepankan aspek linguistik saja. Ada hal yang perlu diingat bahwasanya pelajaran bahasa daerah bisa kita implementasikan dengan mempelajari keseluruhan dari budaya daerah yang mencakup filosofi, nilai-nilai, pembelajaran moral, sopan santun, tradisi, adat istiadat, dan lainnya. Selain itu sebaiknya pembelajaran tidak hanya mengedepankan aspek kognitif saja, akan tetapi dengan menanamkan sikap dan berperilaku sesuai dengan kebudayaan lokal sehingga terbentuklah pelajar yang berkarakter sesuai dengan budaya lokal.
          Pendidikan multikultural merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap saling menghargai dan menghormati sesamanya. Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian, output yang diharapkan adalah peserta didik mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi dimana peserta didik lebih berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah peserta didik yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.
          Mengintegrasikan antara pendidikan denga budaya lokal merupakan hal yang harus dilakukan dalam menghadapi globalisasi budaya guna melahirkan generasi berbudaya dan juga tentunya generasi yang integratif. Untuk melakukannya harus menyentuh pada dua aspek utama. Aspek pertama ialah pendidikan yang mendorong manusia untuk menghargai dan mengenakan atribut budaya lokal dengan menerapkan pendidikan berbasis budaya lokal. Sedangkan untuk aspek kedua ialah pendidikan yang tidak hanya mengapresiasi budaya lokal daerahnya sendiri tetapi juga budaya daerah lain dengan memberikan pendidikan multikultural. Penerapan kedua aspek ini dapat dilakukan secara bersamaan sehingga melahirkan generasi Indonesia yang berkarakter, berbudaya dan integratif.